12.28.2009

Aku dan Ayu

Ayu, kaulah cinta pertama
meski aku tak tahu apa artinya.
Tapi aku bahagia
saat kita bermain bersama
membuat istana pasir di halaman.
(meskipun yang berhasil kubuat hanya sebuah gundukan)

Ketika petang tiba
orang tua membawa kita pulang ke rumah.
Tahukah kau, kusisipkan dua butir kelereng di sakumu saat kau pergi?
supaya besok kita bisa bermain lagi.
Dan semoga anak-anak nakal tidak menginjak istana pasir kita.

Aku ranger merah, kau ranger pink.
Kita berdua akan membangun robot yang hebat
mengalahkan monster raksasa yang menyerang kota.

Saat itu, kita berdua punya tempat di dunia
di mana kita bisa hidup dan berkarya
terus membangun istana pasir kita.
Ayu, saat itu kita mewarnai dunia
dengan sekotak pensil warna!

Ayu, maafkan aku
bila suatu saat nanti kita bertemu
aku tlah menjadi tua dan jemu.
Ayu, selamatkan adik-adik kita
yang kini menjadi terlalu cepat dewasa
karena dunia kita, Ultraman dan Gamera
Power Rangers dan robot-robot raksasa
Satria Baja Hitam dan Belalang tempurnya
telah terganti oleh lagu-lagu cinta!!!

Mari kembali bangun istana
bersama-sama.

12.26.2009

Puisi Seorang Mahasiswa Biologi Semester Ketiga.

Puisiku mengurai susunan basa dalam rantai DNA dengan bahasanya sendiri.
Bahasa yang dimengerti orang awam yang tak mau repot-repot belajar soal transkripsi.
Dan kau akan temukan dirimu di dalamnya.
Di tiap anterior dan posterior, distal dan proksimal, dextra dan sinistra.
Saat kau terhimpit berlembar-lembar laporan, atau saat kakimu
fraktura
demi hiburan yang tak seberapa.

Bukan, bukan hanya soal cinta
tapi juga soal bau busuk menyengat
dari buangan yang kau keringkan
lalu kau timbang
tiap pagi, siang dan petang
sampai satu minggu berselang.

Tapi juga tentang rintihan-rintihan
kata-kata terakhir yang tak sempat terucap
dari mereka yang kau putuskan lehernya
kau pisahkan kepala dari tulang rusuknya
sampai putus ekornya, lalu kau bongkar isi perutnya dengan wajah tak berdosa
demi kemajuan ilmu pengetahuan umat manusia.

Kawan, puisiku berbicara
bahwa dunia kita
tak berakhir di daftar pustaka.

Perenungan 19 Tahun.

Sembilan belas tahun kulihat kembali
rentetan kisah hidup yang tersusun rapi.
Berawal dengan sekelompok pemuda dengan kostum warna-warni
dan pahlawan bertopeng bersenjatakan pedang matahari.
Lalu aliran waktu berjalan pelan tapi pasti.
Sampai kulihat musik berkualitas masih ada di MTV
untuk terakhir kali.

Kini, televisi membuka kelas akselerasi.
Dan cinta, dengan segala interpretasinya
telah dieksplorasi hingga sisi tergelapnya.
Bunyi-bunyian kosong mencuci otak, entah di bagian mana
membuat kita percaya kalau kita suka
pada melodi dan kata-kata yang itu-itu saja.

Kenapa hanya mendayu-dayu
yang kau ambil dari tanah melayu?

Aku tak percaya dengan warna abu-abu!
itu hanya akal-akalan para mantan pembantu
supaya payudara dan pinggul mereka laku!

Relativitas membawa masa depan ke depan wajah
terasa begitu cepat, padahal terakhir kali kuingat
satu menit masih 60 detik dan aku masih bermain ular tangga di garasi.
Siluet kiamat dan akhir dunia membuat banyak orang mengantri
tapi aku berpikir
bahwa sebenarnya, yang membuat kita ngeri
dalam bentuk yang tak kita pahami
bukan pemanasan global atau tsunami
atau kehancuran bumi.

Tapi semesta yang terus hidup dan berubah
sedang kita abadi
dalam stagnasi.



Epilog:
Aku berdiri dan berpegangan teguh
walau kutahu genggamanku rapuh
pada apa yang tersisa dari apa
yang kuyakini
yang kumengerti.

12.22.2009

penyesalan 19 tahun

langit runtuh
lalu aku berlari pada kekosongan
menatap nanar hampa di depan retina
tujuh digit angka penghancur semua
hadiahku untuk ibu tercinta
di hari yang istimewa

sembilan belas tahun mengabdi
tanpa sedikit pun balas budi
hanya habiskan berkarung-karung nasi setiap hari
dan menghisap habis cucuran keringat, seakan tak peduli

sekarang untukmu,
kan kugadaikan organ tubuhku
hanya tuk menendang satu saja nol dari barisannya
meski kutahu takkan seberapa
selalu tak seberapa.



sungguh aku menyesal.....

12.18.2009

sesedikit mungkin kata

sesedikit mungkin kata adalah apa yang aku tunggu
saat kau tiupkan jiwa ke dalamnya
sibak selimut keangkuhan
membuka mata hati

sesedikit mungkin kata adalah apa yang aku tunggu
biar aku yang artikan diammu.

madzhab kopi

terbangun dengan kepala pusing dan suhu tubuh tinggi
badan terasa berat berkeringat menghujam jalanan seharian
mata ingin kembali kupejam namun mentari tak mau kompromi
rasa malas tak terkira lambatkan langkah yang terseret
segelas kopi
yang penting segelas kopi dulu

senapan kafein memberondong reseptor sinaps
bukan berarti aku gila
atau candu
kuhabiskan waktu untuk duduk terhenyak
mensortir memori hari ini

takut-takut, aku bertemu air
terpaku di depan pancuran, merenung
bukan merenung apa-apa
hanya setengah tertidur
segelas kopi
yang penting segelas kopi dulu

biar Tuhan yang tentukan apa yang terjadi hari ini...

12.06.2009

figuran

hanya figuran yang mencoba jadi pemeran utama
hanya meteor yang melintas di jalur rotasi bumi
hanya orang asing

berteriak di ruang hampa
suarakan inginku untuk bersinar
bersama titik-titik cahaya di bawah sana
benderang
tak ada yang tahu rasanya
melayang di cakrawala bermandikan sinar mentari
setiap hari mendengar suara-suara jeritan
dan gelombang-gelombang berbagai frekuensi berkelibat di depan mata

namun seberapa keraspun aku berusaha, aku
hanya figuran yang mencoba jadi pemeran utama
hanya meteor yang melintas di jalur rotasi bumi
hanya orang asing

12.05.2009

Isolasi Ide

yang kulakukan hanya menggerus otakku dalam buffer yang tepat
membentuk kompleks dengan hal-hal yang tidak diperlukan
lalu membilas semua residu yang masih tersisa
dan dalam semua prosesnya
selalu kugunakan sarung tangan agar lemak dan keringat
tak merusak ide-ide yang sedang kuekstrak

kusentrifugasi beberapa kali setiap hasil isolasi
dan berharap dalam hati
semoga hasil elektroforesis menunjukkan kalau ideku terwarnai
terurut
tak terkontaminasi.










12.03.2009

kenapa begitu sulit bagiku
untuk menghargai waktu



untuk menghargai uang



untuk mengha
rgai sebuah komitmen yang tlah dibuat dan mensyukuri setiap nikmat yang Dia berikan?

12.02.2009

Strangeman's log. Stardate: -313080.0214358194
Saat ini saya sedang duduk di depan komputer bibi (adik ibu saya, bukan asisten ibu saya), nyari-nyari bahan buat bikin esai agama nyambil posting. Entah udah dari kapan saya duduk di sini, kayaknya udah lama deh, tapi esainya ga jadi-jadi. Sejauh ini saya baru nulis judul, nama, ama NIM doang. Masalah terbesar yang merintangi jalan saya menuju kesuksesan adalah kurangnya fokus. Ya, Fokus. Seorang ahli bilang fokus adalah sumber dari segala kekuatan "super" manusia, namun saya sangat sulit melakukannya. Sial.

Dipikir-pikir dari tadi waktu saya abis dipake buat nyari artikel buat dicontek. Jadinya malahan sibuk fesbukan atau blogwalking ga puguh. Semuanya (lagi-lagi) karena saya kurang fokus. Yaudahlah...saya putusin buat ngerjain sendiri aja. Hey, I'm a writer!!! Oke, saya akan mulai nulis. Fesbuk dan blognya diklos dulu. Iya, saya bakal nulis...liat aja, sialan!! saya bakal kerjain esainya. Pasti.