5.17.2010

This is how i value myself

If you value yourself, you will value your time.
--somebody

I value myself as a genius and a cool guy

--genius is 1% inspiration, 99% perspiration--

Apa yang saya dapatkan dari apa yang saya lakukan

Sebenarnya; akhir-akhir ini saya merasa sudah berbuat cukup banyak namun tak pernah diberi kesempatan untuk membuktikan kalau saya bersungguh-sungguh, kalau saya adalah seorang pria yang baik.

Tapi, bukankah itu yang sering terjadi pada Rasulullah Muhammad SAW?

Atau--dalam cerita yang tampaknya lebih sering saya baca--pada Spider-Man?

Para superhero bukanlah orang-orang yang melakukan apa yang mereka lakukan demi imbalan, pujian, atau sekedar pembuktian diri. Itu bodoh, karena apa yang mereka lakukan taruhannya nyawa. Mereka melakukan apa yang mereka lakukan karena panggilan jiwa, karena mereka cukup peduli untuk melakukannya.

Malam ini saya sadari kalau saya selama ini telah menghabiskan cukup banyak waktu untuk menimbang-nimbang apa yang seharusnya saya dapatkan dari apa yang telah saya lakukan dan saya merasa sangat bodoh.

Tapi itulah bagian dari sebuah proses pertumbuhan, menerima bahwa diri saya tidak sempurna dan terus memperbaiki kesalahan sambil terus melangkah ke depan.

3.28.2010

Tentang Menjadi Seorang Pria yang Baik dan Bertanggung Jawab

Saya selalu berusaha untuk bisa menjadi seorang pria yang baik dan bertanggung jawab, juga selalu berfikir dan mencari tahu apa yang harus dimiliki seorang pria agar dia bisa menjadi baik dan bertanggung jawab. Dalam usaha saya tersebut, figur yang darinya saya selalu coba ambil pelajaran adalah Rasulullah SAW (pastinya), ayah saya, dan orang-orang di sekitar saya baik yang nyata (teman-teman, orang lewat, dll) maupun yang fiksi (superhero, tokoh komik, tokoh film). Saya sadar kalau usaha ini mungkin gak akan pernah selesai karena saya emang gak akan pernah sempurna, tapi seperti kata Bruce Lee:
Ada beberapa tujuan yang ada bukan untuk dicapai, tapi hanya untuk dituju.

Menurut saya, kesempurnaan (sebagai seorang pria yang baik dan bertanggung jawab) adalah salah satunya.

Selama ini saya selalu mencari-cari, apa sebenarnya yang membuat seorang pria menjadi seorang pria? Hmmm...saya berhasil merumuskan beberapa teori, tapi teori yang menurut saya paling masuk akal dan bisa diterima adalah bahwa seorang pria sejati selalu punya tujuan

Saya selalu berpikir kalau kepemimpinan adalah sebuah keniscayaan bagi para pria. Cepat atau lambat, pasti akan tiba satu waktu bagi seorang pria untuk memimpin orang lain, minimal istri dan keluarga. Karena tujuan/visi adalah hal yang paling krusial dalam kepemimpinan, maka seorang pria harus punya tujuan hidup. Kalo nggak, dia gak akan cuman menyesatkan dirinya, tapi juga orang-orang yang dia pimpin. Di film-film, tokoh utama pria yang keren-keren biasanya punya karakter hard boiled, yaitu “pantang menyerah untuk mencapai tujuan tanpa teralihkan oleh emosi”(Shotaro 2010).

Tapi dunia ini terlalu besar dan terlalu rumit bagi pria sehebat manapun. Terkadang, selalu saja ada yang membelokkan langkah kita dari jalan menuju tujuan—sebuah kejadian “kebetulan” ataupun konsekuensi logis dari sebuah kesalahan. Oleh karena itu, menurut saya seorang pria juga harus belajar menggunakan hatinya, supaya dia bisa sadar kalo keluar jalur dan bisa mengambil hikmah dari setiap rintangan yang dihadapi sepanjang perjalanan menuju tujuan. Cita perlu rasa, jadilah citarasa (Fillah 2004). Meskipun banyak hal yang merintangi seorang pria dalam mencapai tujuannya, seorang pria gak boleh menyerah. Gak boleh menyerah, itu harga mati. Seseorang pernah bilang ke saya “kalau suatu tujuan terasa tidak mungkin untuk dicapai, jangan kompromikan tujuannya, namun berpikirlah lebih fleksibel dalam mencapai tujuan tersebut”.

Mari mencapai tujuan dan belajar menggunakan hati :-)

3.21.2010

paralel

Dua benda dapat menempati satu tempat yang sama secara bersamaan bila memiliki frekuensi getaran yang berbeda. Hal itu menegaskan kehadiran duniamu dalam duniaku; ketika dirimu ada di rak sikat gigi, rak buku, dan lemari baju. Dan setiap benda yang kugenggam adalah dirimu.

Duniamu dan duniaku dipisahkan oleh satu dinding frekuensi tak tertembus, karena molekul tubuhku tak bisa bergetar secepat itu. Selalu kunyanyikan lagu tentang ketiadaan jarak yang memisahkan kita, yang tiap nadanya sama saja karena hakikatnya adalah dirimu.

Karena duniaku dan duniamu adalah dua dunia yang bergerak paralel, karena duniamu adalah duniaku, karena aku menciptakan duniamu dari duniaku.

Maka aku hidup dengan dan tanpamu.

3.01.2010

hanya corat-coret absurd

Aku percaya kalau dari hal-hal yang menyusun rasa cinta kita pada seseorang, 90%-nya adalah keinginan kita untuk terus mencintai orang tersebut, sisanya adalah rasa cinta itu sendiri.
Hal ini membuatku bingung.

Aku tahu aku mencintaimu,
tapi aku tak tahu apa aku ingin terus mencintaimu.

2.26.2010

Kembali

Setelah lalui jalan memutar dan berkelok, kini aku kembali
pada ladang penuh tanda tanya dan teka-teki
maka kini kembali kuhabiskan hari dengan membuat hipotesis
tanpa berujung eksperimen yang berparameter jelas
karena semua variabel yang kuteliti
tak pernah pasti benar-salahnya secara akademik

kadang biru, kadang hitam
kadang dekat, kadang jauh
mengapa sudi kulalui rimba yang berkabut?

2.13.2010

Suatu Pagi, di Jalan Taman Sari.

Sampai ujung, sampai manakah ku berlari?
tidak lambat, tidak kencang, memungut sisa langit malam
dan uap air yang mengembun dalam nafas terengah.
Sampai kapan? Sampai letih,
sampai otot berselimut asam laktat
likat.

Mengejar angin, mengejar apakah ku berlari?
Mengejar angin,
mengejar dingin.

P-I-J-A-R

Kau memulainya di nada rendah, dengan huruf P dan I. "Pi" yang kau ucapkan terdengar bagai desir angin. Singgah pelan di telinga kanan lalu diproses begitu lama di thalamus. Lalu huruf J, A, dan R berikutnya datang tak terduga, menabrak "Pi" yang sedang enak-enak berdiam di tempatnya. Kau ucapkan "Jar" dengan nada tinggi, namun tetap halus. Bagiku "Jar" adalah rintik hujan deras lalu berubah jadi gerimis yang indah dipandang dari balik jendela sore hari. Dan ketika kau menyelesaikannnya, seakan nama itu milikmu, seakan nama itu tak pernah beranjak dari mulutmu:

"Pijar..."

Abadi.

2.12.2010

Tanpa Judul

Kucoba jelaskan kekaguman yang sebenarnya biasa saja
dengan tinta dan pena, diksi dan metafora
puisi dan prosa
lalu mereka memanggilku pujangga karenanya
meski aku tak suka.

Nyatanya kurasakan hadirmu di sela-sela pengetikan laporan
dalam font times new roman, size 12
spasi 1,5
justified.

1.31.2010

Dalam pribadi yang sexy, terdapat sinergi.

Apa yang kebayang kalo denger kata "sexy"? Buat cowok, mungkin bodi yang aduhai, ukuran anggota badan yang serba "wah", atau tingkah laku menggoda yang "provokatif". Buat cewek, yaa...ga tau, lah ya. Tapi yang saya pikir kayaknya yang kebayang sama para cewek ketika denger kata "sexy" mungkin perut six-pack ama pantat yang imut (maafkan kesotoy-an ku, wahai para wanita!!!). Yang jelas dulu saya waktu SMP pernah ditumbalin jadi seksi kebersihan (ga nyambung :p).

Ketika saya tanyakan apa arti "sexy" kepada mbah google, yang keluar adalah link-link kayak gini:

mantap, gan...

Kalo menurut dictionary.com, definisi "sexy" itu adalah:
1. concerned predominantly or excessively with sex; risqué: a sexy novel.
2. sexually interesting or exciting; radiating sexuality: the sexiest professor on campus.
3. excitingly appealing; glamorous: a sexy new car.

Dua poin dari ketiga definisi di atas plus jawaban mbah google menyebutkan bahwa "sexy", sesuai namanya, selalu berhubungan dengan seks. Entah itu sesuatu yang bersifat seksual, atau dapat membangkitkan ketertarikan seksual. Kalo saya, sih lebih suka mendefinisikan kata "sexy" dengan poin ketiga dari tiga definisi "sexy" menurut dictionary.com, yaitu "sangat menarik, mengagumkan, glamor". Soalnya, saya udah ketemu sama orang-orang yang menurut saya "sexy" tapi nggak ampe segitunya ampe bisa membangkitkan ketertarikan...yah..seksual atau punya hal-hal yang mungkin biasa dibayangin ama cowok2 ketika denger kata "sexy" seperti yang saya sebutin di awal tulisan ini.

Dalam kehidupan sehari-hari; cewek yang saya pikir sexy adalah cewek yang berkawat gigi, cewek yang mandiri dan ga banyak macem-macem, cewek yang punya lesung pipit, dan cewek yang hapal struktur molekul2 kimia organik yang susahnya minta ampun itu. Meskipun mereka ga punya ukuran bodi yang berkebihan, suara mendayu-dayu, sifat menye-menye, atau tingkah laku yang "provokatif", cewek-cewek kayak gitu adalah cewek-cewek yang bikin saya geregetan. Setelah dipikir-pikir lagi, sepertinya saya menganggap kalo keseksian seseorang itu bisa keliatan bukan bodinya semata, tapi dari sinergi semua hal yang ada dalam dirinya.

Saya pernah ketemu sama seorang cewek, gayanya asik banget. Saya ga tau apa yang hebat dalam diri si cewek; bodinya biasa aja, wajahnya standar, senyumnya ga bagus-bagus amat, tingkah lakunya ga genit, tapi yang muncul di pikiran saya ketika liat si cewek itu adalah "She's HOT!!!"

Setelah diliat lagi, ternyata dia adalah cewek yang unik. Cara jalannya unik, senyumnya unik, cara dia ngomong unik, kepribadiannya (dari yang saya liat sekilas) unik, lalu semuanya itu bersinergi dengan komposisi yang pas sedemikian rupa sehingga tampak sangat menarik dan mengagumkan di mata saya. Kehadiran dia seakan ngebuka mata saya bahwa kaum hawa ternyata memiliki pesona yang sangat misterius bagi para pria. Oke, mungkin hanya pria aneh kayak saya. Tapi tetep, saat itu saya serentak sadar bahwa pesona keseksian seorang wanita bisa melampaui materi, atau sesuatu yang bisa diukur. Dan pesona itu timbul bila para pria bisa melihat sang wanita secara keseluruhan, bukan dari satu bagian aja.

Maka saya berpikir kalo dalam pribadi yang sexy, terdapat sinergi dengan komposisi yang pas.

Ahahay... :-D

1.15.2010

Insiden Truk Maut.

Sebelum mulai dengan apa yang bener-bener pengan saya nulis di entri kali ini, saya mau ngasi informasi kepada para pembaca setia tulisan saya kalo saya berenti ngimpor entri blog ini ke facebook dalam bentuk notes. Jadi buat temen-temen yang mau baca tulisan-tulisan saya sering-sering surfing ke blog ini, ya!

Oke, mari kita mulai. Empat hari ke belakang saya habisin dengan ikutan acaranya KM ITB, Diklat Aktivis Terpusat (DAT), yang katanya merupakan diklat buat "kader-kader terbaik himpunan". Boong banget, kader terbaik himpunan mah ga perlu ikut diklat gituan, kader terbaik himpunan bakalan diem di himpunan dan ngurus himpunannya. Eniwei, terbaik ato ga terbaik, saya ikutan DAT sebagai perwakilan dari Nymphaea bareng Gita, Elgi, dan Dodi. Alesan saya ikutan diklat itu adalah pengen bisa kenalan sama anak2 ITB dari himpunan2 laen dan unit2, sekalian pengen tau sebenarnya anak ITB tu kayak gimana. Soalnya kalo dalam skala ITB, saya masi tergolong ansos--jarang ikutan kepanitiaan macem2 dan jarang nongkrong di CC barat.

Dan hal yang saya dapetin dari DAT adalah:
  1. Anak ITB suka berwacana dan bertele-tele.
  2. Pembicaraan tentang posisi, peran, dan fungsi mahasiswa adalah pembicaraan yang panjang dan bikin ngantuk, bahkan mengawang-awang (masa saya disuruh bikin padi rekayasa genetika buat dijualin sama pengemis supaya mereka ga minta-minta? emangnya rekayasa genetika gampang, mas?!).
  3. Pengamalan ilmu dalam Pengabdian Masyarakat adalah bedanya mahasiswa bertanggung jawab sama mahasiswa abal-abal.
  4. Ide itu priceless.
  5. Pendidikan di Indonesia belum bisa bikin siswa didik tau tau bakatnya yang sebenernya.
  6. Nymphaea, menurut saya, masih tergolong cupu kalo dibandingin ama himpunan yang laen (karya kita gak keliatan, temen-temen!!!).
Namun semua yang saya dapet dalam tiga hari pertama itu menguap habis pada hari keempat. Gara-gara suatu kejadian berbahaya, menantang, menegangkan, yang saya beri nama.... INSIDEN TRUK MAUT!!!

jengjengjeng...(SFX film thriller)

Sebagai kegiatan penutup, peserta DAT diajakin buat berkunjung ke desa binaan KM-ITB di Cililin, namanya Desa Kidang Pananjung. Desa ini masi cukup jauh dari peradaban, letaknya di gunung, dengan jalan yang NUANJAK dan banyak lobang. Dari asrama DAT di Ciburial, kita naek angkot nyampe Desa Cililin, trus disambung dengan truk pickup buat mengarungi (cie bahasanya) jalan nanjak ke Desa Kidang Pananjung.

Nah, di truk brengsek inilah terjadi pergolakan hidup dan mati melawan maut.


Jenis truk maut pembawa bencana.


Liat gambar truknya. Liat dinding baknya yang pendek, pemisah antara hidup dan mati penumpang yang berjejal di atasnya...

Satu truk dinaikin sama...saya ga tau tepatnya, pokoknya banyakan. Kita semua berjejalan di atas bak terbuka kepanasan kayak sapi. Tapi kayaknya sapi lebih berharga dari kita, soalnya truk yang dipake buat ngangkut sapi dindingnya lebih tinggi dari itu. Kok bisa, ya truk kayak gitu bisa jadi transportasi yang mengancam nyawa? apakah saya berlebihan? Silakan lanjutkan membaca.

Tadi, kan saya udah bilang kalo jalanan menuju Desa Kidang Pananjung itu nanjak banget dan bolong-bolong. Nah, sekarang bayangin kalo orang banyak berjejalan naek di atas bak truk yang kayak gitu di jalanan yang nanjak. Ketika si truk jalan ke satu arah, otomatis berat orang-orang bakal terkonsentrasi ke arah sebaliknya (kalo truk jalannya nanjak, berarti berat terkonsentrasi ke arah belakang dan sebagainya. It's a little thing they called "gravity" and "sentripetal force"), akibatnya mau gak mau orang yang diem di pinggir-pinggir harus nahan berat berpuluh-puluh orang di depannya. Dengan dinding bak yang sependek itu, kalo gak ditahan orang-orang bisa pada jatuh kelempar keluar pas jalan nanjak ato belok. Bayangin orang-orang yang berdiri di pinggir nahan beban berpuluh-puluh orang di depannya sambil berusaha supaya mereka sendiri ga jatoh kelempar dari truk dibatasin sama dinding setebel 5 senti dari besi yang tingginya cuman sepinggang. HOROR.

Truk engkel bak pendek + banyak orang + jalanan nanjak dan bolong-bolong = MAUT

Beberapa temen saya hampir kelempar keluar, beberapa lagi jadi dendeng kejepit pantat orang dan dinding bak. Si Brian, anak geologi pantatnya udah di luar truk, bakal jatoh kalo nggak ditahan. Saya sendiri hampir jatoh (meskipun ga separah si Brian), dan kacamata saya hampir patah ketindihan badan orang. Bener-bener horor. Lima belas menit pertama perjalanan emang lucu, masih banyak yang ketawa-ketawa dan ngerokok, tapi di sisa perjalanan udah gak ada yang lucu lagi. Cuman rasa takut dan kesel yang nyisa. Kata yang paling diucapin sama saya dan temen-temen yang ikut naek di truk tiap tanjakan ato belokan adalah "ANJIIIIIIIIIIINGGGGG....!!!!!!"

Materi selama tiga hari, pun menguap semua seiring kata-kata makian kita pada panitia. Roller coaster dufan kagak ada apa-apanya dibandingin truk maut sialan itu. Kalo di roller coaster ada pengamannya, sedangkan di truk maut gak ada. Belum lagi taruhannya nyawa. Kata temen sekelompok saya, si Gata dari KMPN, sodaranya ada yang jatoh dari jip trus lumpuh dan akhirnya mati. Bayangin, cuman dari mobil jip aja udah kayak gitu apalagi dari truk yang setinggi itu?!

Alhamdulillah gak ada yang bener-bener jatoh seperti yang ditakutin (kecuali dompet si Brian). Di perjalanan pulang, kita gak berenti-berenti ngomongin soal pengalaman di truk maut. Tapi meskipun pas kita ngalamin rasanya takut banget setengah mati, ternyata setelah kita ngelaluinnya dengan selamat rasanya lucu juga. Kita ketawa-ketawa sambil ngomongin kejadian itu. Si Gata bahkan bilang:
"Mencurangi kematian itu adalah hal yang luar biasa, anjing".

Pokoknya setelah pengalaman truk maut saya jadi sadar kalo hidup itu berharga, jangan disia-siain. I learn that the hard way...

Gobloknya, di kontrak belajar panitia bikin aturan kayak gini:
Dilarang membeli makanan dan minuman di sekitar area DAT.
Pas ditanya apa alesannya, panitia ngejawab "Soalnya kami gak yakin sama kesehatan jajanan di sini, kami khawatir sama kesehatan kalian."

Khawatir mbahmu!!! Nyawa kita hampir melayang, tauk!!!

THE INCREDIBLE LAST-MINUTE MAN

Kalau ada yang nanya apa hal paling berguna yang saya pelajarin selama semester pertama saya kuliah di jurusan biologi ITB, mungkin itu adalah sebuah fakta yang akhir-akhir ini selalu saya temuin:
“Di saat waktu mepet, segala sesuatu yang bisa kacau akan kacau.”

Oke, mungkin gak selalu kayak gitu. Banyak orang mungkin gak setuju. Fine, mungkin itu bukan fakta, mungkin itu murni pemikiran saya. Itu adalah sebuah teori. Kalo boleh, saya bakal menyebutnya Teori Strangeman.

Teori kayak gitu dateng dari kerepotan saya dan temen-temen dalam bikin laporan praktikum tiap minggu. Jadi ceritanya, banyak di antara kita adalah deadliner, orang-orang yang selalu menyelesaikan pekerjaan di saat-saat terakhir. Dan di saat-saat terakhir, seperti yang selalu saya alamin, semuanya selalu mendadak jadi gak beres. Misalnya, saya dan temen-temen sering nge-print di printer sekre himpunan. Printer di sekre bisa print warna, dan yang paling penting, nge-print di sana bisa ngutang (namanya juga mahasiswa…). Nah, sering banget pas kita baru selesai ngerjain laporan subuh-subuh di hari laporannya harus dikumpulin, kita nyoba ngeprint di sekre, dan BZZZZT!!!! Printernya tiba-tiba bermasalah—mendadak nge-jam, lah; tinta abis, lah; kertas abis, lah; padahal pas sore sebelumnya tuh printer terkutuk masih baek-baek aja!!! Hal-hal kayak gitu sering diperburuk sama kita yang gak ada antisipasi. Akhirnya, pagi hari di awal minggu diabisin dengan memaki-maki printer sambil nyari tempat ngeprint yang udah buka jam tujuh pagi.

Atau contoh lain, pas Musyawarah Anggota himpunan saya ditugasin buat ngumpulin 50 orang anak angkatan saya buat menuhin kuorum. Pas hari-H ternyata yang dateng cuman 40-an. MA-nya diundur beberapa menit karena kuorum belum terpenuhi. Akhirnya saya telfonin anak-anak yang ga dateng atau gak kejarkom buat dateng cepet-cepet. Ajaib, mendadak tiap nomor gak aktif, mendadak tiap telfon saya agak diangkat (padahal tiap saya mencet tombol “call” dan nelfon mereka secara gak sengaja, mereka angkat telfonnya, bikin pulsa saya morotin), dan orang-orang yang bilang ke saya mereka bakal dateng tiba-tiba pacarnya sakit atau apalah. Dan masi banyak contoh-contoh lainnya. Hal-hal kayak gini selalu terjadi dalam hidup saya ketika waktu mepet. Selalu. Oke, hampir selalu.

Tapi anehnya, somehow, saya selalu survive. Somehow, saya bisa ngumpulin laporan dan memulai MA (meski agak telat dikit) meskipun harus melalui krisis-waktu-mepet tersebut. Dan krisis yang saya alamin (hampir) selalu gagal bikin saya lebih waspada dan lebih berantisipasi sesudahnya. Krisis ini saya alamin tiap kali ada tugas laporan—tiap minggu, dalam satu semester. Tapi sekali lagi, somehow, saya selalu survive. Dengan segala kerepotan, tentunya. Tapi saya survive. Saya selalu berhasil melakukan apapun itu yang saya lakukan meskipun waktunya mepet. Hal ini bikin saya mikir, kalo jadi seorang deadliner, atau saya lebih suka menyebut diri saya The Incredible Last Minute Man, ga begitu buruk. Iya, kan?!

Terjebak dalam suasana krisis ketika waktu yang saya punya cuman sedikit maksa saya buat mikir dengan cara yang berbeda (lebih kreatif dan proaktif), bertindak dengan cara yang berbeda, dan ngajarin saya untuk berusaha tetap tenang dalam situasi tersebut. Maksud saya, saya belajar buat ngerti kalo sebenarnya sesulit apapun masalah yang terjadi dalam hidup seorang manusia, lambat laun pasti kita akan bisa menyelesaikannya asal kita gak nyerah. Ya, gak boleh nyerahpada situasi apapun juga adalah satu pelajaran yang saya pelajarin di semester ini. Saya pikir, permasalahan yang bakal saya hadapin di masa depan bakalan lebih sulit daripada bikin laporan atau praktikum empat kali seminggu. Belum lagi tanggung jawab yang makin bertambah seiring bertambahnya umur. Mungkin kehidupan di luar sana jauh lebih bikin frustasi daripada kehidupan di kampus, dan untuk memecahkan masalah mungkin kita harus punya cara pikir yang berbeda atau lebih advance dari cara pikir kita sekarang. Makanya, “sedikit” krisis mungkin bisa kita jadiin salah satu cara ngebiasain diri nyelesein masalah sulit supaya kita bisa bertahan di kehidupan nyata.

Well, intinya, saya pengen bilang kalo apapun yang temen-temen lakukan, lakukanlah dengan sekuat tenaga. Menyerah bukan pilihan yang bijaksana. Seberapa sulit pun krisis yang temen-temen laluin, seberapa pun terbatasnya sumber daya atau waktu yang temen-temen punya, apa yang temen-temen pengen pasti bisa temen-temen dapetin asalkan temen-temen maksa dan ngotot buat terus usaha. Jadi, yah, JANGAN MENYERAH!!!

Btw, betapapun saya mikir kalo ada hikmah di balik ngerjain laporan yang menumpuk-numpuk tiap minggu, saya tetep pengen bilang kalo laporan sucks. Sekali lagi, LAPORAN SUCKS!!!