Saya selalu berusaha untuk bisa menjadi seorang pria yang baik dan bertanggung jawab, juga selalu berfikir dan mencari tahu apa yang harus dimiliki seorang pria agar dia bisa menjadi baik dan bertanggung jawab. Dalam usaha saya tersebut, figur yang darinya saya selalu coba ambil pelajaran adalah Rasulullah SAW (pastinya), ayah saya, dan orang-orang di sekitar saya baik yang nyata (teman-teman, orang lewat, dll) maupun yang fiksi (superhero, tokoh komik, tokoh film). Saya sadar kalau usaha ini mungkin gak akan pernah selesai karena saya emang gak akan pernah sempurna, tapi seperti kata Bruce Lee:
Ada beberapa tujuan yang ada bukan untuk dicapai, tapi hanya untuk dituju.
Menurut saya, kesempurnaan (sebagai seorang pria yang baik dan bertanggung jawab) adalah salah satunya.
Selama ini saya selalu mencari-cari, apa sebenarnya yang membuat seorang pria menjadi seorang pria? Hmmm...saya berhasil merumuskan beberapa teori, tapi teori yang menurut saya paling masuk akal dan bisa diterima adalah bahwa
seorang pria sejati selalu punya tujuanSaya selalu berpikir kalau kepemimpinan adalah sebuah keniscayaan bagi para pria. Cepat atau lambat, pasti akan tiba satu waktu bagi seorang pria untuk memimpin orang lain, minimal istri dan keluarga. Karena tujuan/visi adalah hal yang paling krusial dalam kepemimpinan, maka seorang pria harus punya tujuan hidup. Kalo nggak, dia gak akan cuman menyesatkan dirinya, tapi juga orang-orang yang dia pimpin. Di film-film, tokoh utama pria yang keren-keren biasanya punya karakter
hard boiled, yaitu “pantang menyerah untuk mencapai tujuan tanpa teralihkan oleh emosi”(Shotaro 2010).
Tapi dunia ini terlalu besar dan terlalu rumit bagi pria sehebat manapun. Terkadang, selalu saja ada yang membelokkan langkah kita dari jalan menuju tujuan—sebuah kejadian “kebetulan” ataupun konsekuensi logis dari sebuah kesalahan. Oleh karena itu, menurut saya seorang pria juga harus belajar menggunakan hatinya, supaya dia bisa sadar kalo keluar jalur dan bisa mengambil hikmah dari setiap rintangan yang dihadapi sepanjang perjalanan menuju tujuan. Cita perlu rasa, jadilah citarasa (Fillah 2004). Meskipun banyak hal yang merintangi seorang pria dalam mencapai tujuannya, seorang pria gak boleh menyerah. Gak boleh menyerah, itu harga mati. Seseorang pernah bilang ke saya “kalau suatu tujuan terasa tidak mungkin untuk dicapai, jangan kompromikan tujuannya, namun berpikirlah lebih fleksibel dalam mencapai tujuan tersebut”.
Mari mencapai tujuan dan belajar menggunakan hati :-)