Kau memulainya di nada rendah, dengan huruf P dan I. "Pi" yang kau ucapkan terdengar bagai desir angin. Singgah pelan di telinga kanan lalu diproses begitu lama di thalamus. Lalu huruf J, A, dan R berikutnya datang tak terduga, menabrak "Pi" yang sedang enak-enak berdiam di tempatnya. Kau ucapkan "Jar" dengan nada tinggi, namun tetap halus. Bagiku "Jar" adalah rintik hujan deras lalu berubah jadi gerimis yang indah dipandang dari balik jendela sore hari. Dan ketika kau menyelesaikannnya, seakan nama itu milikmu, seakan nama itu tak pernah beranjak dari mulutmu:
"Pijar..."
Abadi.
2.13.2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
apadeh lo gan.. nar
BalasHapus"apaan deh lo gan.. narsis banget.. hahaha.." itu maksudnya..
BalasHapushha.
BalasHapusini puisi ya jar??
^^
Pi.....jar....
BalasHapustak pernah luput dari tympanic membranemu.
Kau bangga
Kau terbuai
Karena kau memiliki nama itu.
Pi...jar.